Air yang Mengalir
Aku gundah. Gundah gulana.
Hari ini seharusnya menjadi hari yang berbahagia untukku karena genap 8 tahun aku mampu mengarungi kapal layar yang belakangan ini mulai terombang-ambing. Aku berada di sana tapi hatiku tidak di sana. Ternyata aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku tidak berbahagia walaupun tidak menyesalinya. Ya, aku tidak pernah menyesali dengan apa yang telah kupilih, kalaupun ada akan kukukuhkan bahwa ini adalah pilihan hidupku dan harus kujalani.
Berbicara mengenai pilihan hidup, banyak yang kuambil sebagai pelajaran dari perjalanan hidupku yang hampir mencapai 31 tahun ini. Hidup itu adalah pilihan ganda, di mana tidak bisa kita memilih dua jawaban dalam satu soal. Kecuali memang soalnya yang memberi perintah untuk kita memilih jawaban lebih dari satu. Dan ketika kita memilih jawaban tersebut, kita pun harus menunggu beberapa saat untuk melihat hasilnya: salah atau tidak. Yang kupelajari dalam hidup, jawaban tersebut tidak bisa diperbaiki tetapi diteruskan. Kita tidak bisa menghadapi soal yang sama dan memperbaiki jawaban kita. Yang ada kita hanya bisa dihadapkan soal berikutnya yang kemungkinan mempunyai ragam serupa tetapi konteks yang berbeda, yang mana akan memberikan kita pilihan jawaban yang berbeda pula.
Inilah yang kuhadapi sekarang, berada dalam sebuah soal pilihan berganda dengan pilihan jawaban: mengikuti kata hati atau takluk dengan realita–dua-duanya memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, tergantung dari sisi mana kita melihatnya.
Sepertinya bulat sudah tekadku untuk mengumandangkan berita ini kepadanya. Aku hanya berusaha untuk menjalankan hidupku dengan setulus dan sepenuh hati. Dan maaf, hatiku tidak pada realita yang ada saat ini.
Dan aku akan melanjutkan hidupku seperti air, kemana ia akan mengalir sesuai dengan hatiku.
.
.
Ruang 3×4 on my wedding anniversary
24 April 2003-2011 @19.00 WIB
Leave a Reply